Selasa, 06 Desember 2011

deathnote memakan korban di dunia nyata . . . .

Yagami Light memang sudah tiada. Sepak terjangnya sebagai Kira sang pembunuh pun usai sudah. Demikian pula Death note alias buku kematian yang dulu digunakannya sebagai senjata, tinggal sejarah.

Meski empat tahun telah berlalu sejak death note tidur abadi, teror yang ditimbulkannya tetap ada. Death note tetap makan korban. Kalau dulu korbannya adalah para penjahat atau penegak hukum yang berseberangan dengan Light, kini Death note menjerat pelajar mulai tingkat SD hingga SMU.

Sejak kisah Death Note rekaan Ooba Tsugumi dan Obata Takeshi mengguncang dunia manga pada 2004, beberapa kasus yang berhubungan dengan buku kematian itu menyeruak. Semuanya melibatkan pelajar.

Korban terbaru adalah pelajar usia 14 tahun yang tak disebutkan namanya asal Owosso, Michigan, AS. Harian The Argus-Press melaporkan, pelajar SMP itu diskors pihak sekolah gara-gara "death note". Seorang temannya menemukan "death note" milik pelajar tersebut. "Death note" itu segera diserahkan kepada guru yang kemudian memberikannya kepada administrator sekolah pada 23 Maret lalu.

Pihak sekolah menanggapi serius penemuan "death note" tersebut. Kasus itu dilaporkan kepada polisi dan kini kantor jaksa wilayah tengah menanganinya. Kepala Deputi Departemen Kepolisian Owosso Michael Rau mengungkapkan, sang bocah menulis nama dua teman sekolahnya lengkap dengan waktu "kematian" dalam "death note" tersebut. Meski demikian, Kepala Sekolah Rich Collins menyatakan bahwa dirinya percaya tak ada seorang pelajar pun yang berada dalam bahaya pascainsiden "death note".

Ini bukan kali pertama death note men­jatuhkan korban. Terhitung sejak 2007, death note telah menodai hidup be­berapa orang pelajar di AS. Sebagian ha­nya dihukum skors, sedangkan dua orang dikeluarkan dari sekolah.

Di Belgia, penjahat meninggalkan pesan yang dikaitkan dengan death note di tempat kejadian perkara. Namun, polisi gagal mengidentifikasi pelaku atau kaitan kejahatan tersebut dengan manga Death Note.





Sebagaimana diketahui, death note me­rupakan buku dari dunia shini­gami (dewa kematian, Red) yang di­gu­nakan untuk mencabut nyawa ma­nusia. Cara kerjanya, cukup me­nu­liskan nama lengkap orang yang hen­dak diambil nyawanya di death note sambil membayangkan wajah kor­ban. Bila sebab kematian tak di­tulis, korban akan tewas karena se­rangan jantung.


KORBAN DEATH NOTE

November 2007

Seorang pelajar SMU di Franklin Military Academy, Richmond, Virginia, dikenai sanksi skors.

Maret 2008

Seorang pelajar Hartsville Middle School, South Carolina, dikeluarkan dari sekolah.

April 2008

Dua orang pelajar kelas VI SD di Gadsden, Alabama, dikenai sanksi skors.

Mei 2008

Empat orang pelajar Kopachuck Middle School dihukum skors, satu orang dikeluarkan.

Desember 2009

Dua orang pelajar Andrew Johnson Elementary School dikenai sanksi skors.

Maret 2010

Seorang pelajar Michigan Middle School dikenai sanksi skors.


Yang Pertama dari Virginia
Korban pertama Death Note adalah pelajar dari Franklin Military Academy di Richmond, Virginia. Pelajar yang tak dipublikasikan identitasnya itu menuliskan nama teman-teman sekelasnya dalam buku yang dilabelinya "death note" pada 2007. Ketika pihak sekolah mengendus "kenakalannya", pelajar itu dikenai sanksi skorsing. Kepala Franklin Military Academy menulis surat kepada orang tua pelajar pemilik "death note". Dalam surat itu, sang kepala sekolah menjelaskan soal Death Note.

Pada 2008, insiden "death note" terulang. Seorang pelajar SMP di Hartsville, AS, dikeluarkan dari sekolah setelah kedapatan menulis nama tujuh temannya di "death note". Pasca penemuan "death note", Kepala SMP Hartsville Chris Rogers mengontak orang tua ketujuh siswa dan wali murid lainnya. Isinya, pihak sekolah menanggapi serius soal "death note". Meskipun tak ada pihak yang terluka, pihak sekolah tidak ingin berspekulasi. "Kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjamin keamanan murid-murid kami," tulis Rogers.

Sebulan kemudian, giliran Alabama yang diguncang isu serupa. Dua bocah kelas VI SD ditahan polisi di Gadsden, karena berlagak ala Kira dalam Death Note. Mereka menulis nama beberapa staf sekolah dan temannya. Menurut Sersan Lanny Handy dari Departemen Kepolisian Wilayah Etowah, mereka terinspirasi oleh serial Death Note yang tayang di saluran Adult Swim. "Tapi, tak ada indikasi bahwa mereka tidak benar-benar serius merencanakan penyerangan," kata Handy.

Ed Troyer, juru bicara Departemen Kepolisian Wilayah Pierce, mengungkapkan bahwa "death note" itu ditemukan tergeletak di lantai sekolah. Penemu "death note" lantas menyerahkannya kepada guru. Sang guru kemudian mengontak Kepala SMP Kopachuck Dave Colombini dan meneruskan laporan itu ke polisi.