Sejarah Kartu Tarot

Jumat, 18 November 2011

Tak seorang pun tahu secara pasti di mana dan kapan awal tarot ditemukan. Konon, tarot pada awalnya didesain di lembaran daun emas yang tersimpan rapi serta menjadi bahan penelitian di masa khilafah Iskandariyah. Namun, belum sempat tuntas penelitian tersebut, perpustakaan kuno yang terkenal akbar itu keburu dibumihanguskan.

Walau begitu, menurut catatan-catatan sejarah, tarot diperkirakan sudah lahir semenjak sebelum Nabi Musa; baru pada abad ke-14 mulai dikenal di benua Eropah. Berkat jasa para naib atau kiai Mesir yang memperkenalkannya dalam rangka menguji karomah para santri pada abad kejayaan Islam di Spanyol.

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, sepintas telah disinggung, bahwa tarot dinyatakan masuk Spanyol pada permulaan abad ke-13. Dikenal dengan istilah naypes atau naib, artinya dalam bahasa Arab adalah wakil.

Idris Shah dalam bukunya The Sufis mengatakan bahwa bahan-bahan asli tarot yang digunakan dalam helai-helai kartu tarot merupakan hasil penemuan yang sampai hari ini masih ada. Wakil di sini dimaksudkan merupakan representasi ajaran para penghayat sufi yang menguraikan adanya pengaruh alam kosmik kepada kemanusiaan.

Tulisan ES Taylor dalam bukunya The History of Playing Cards (1865) memperkuat teori bahwa tarot masuk ke Eropah melalui Spanyol dan Itali pada awal 1300-an Masehi oleh orang-orang muslim Saracen.

Dari beberapa ragam referensi yang tersebar luas juga tercatat dugaan bahwa perjalanan tarot datang dari China dan mendapatkan bentuk perkembangannya di India.

Dari China

Banyak orang memperkirakan permainan kartu sesungguhnya berasal dari China dan Korea sejak abad 10-12 Sebelum Masehi, berdasarkan desain uang kertas.

Hampir dapat dipastikan perkenalan tarot yang lebih intens karena peran para jipsi yang meninggalkan India ke Mesir, Fez, Maroko, diikuti kemudian jejak para sufi, dan penganut kabala pada zaman Nabi Musa. Para jipsi tersebut kemudian hidup mengembara secara cerdas di Eropah dan Asia. Sampai dengan saat ini dokumen asli ke-22 Arkana Utama kartu tarot masih tersimpan di musium di Kota Fez, Maroko.

Tahun 1367 penguasa di kota Bern, Swiss, pernah melarang secara resmi permainan tarot sebagai ajang perjudian. Kelak, tahun 1376 penguasa kota Firenze, ibu kota provinsi Tuscany di Italia, mengikuti langkah yang dirintis penguasa kota Bern.

Tahun 1392 terdokumentasi 17 helai desain tarot yang diciptakan oleh Jacquemin Gringonneur sebagai persembahan pada Raja Charles VI Prancis dan kini tersimpan di Bibliotheque Nationale di Paris. Dalam perkembangannya di kemudian hari, pada penghujung abad ke-15, tarot de Marseilles menjadi sangat kondang sampai hari ini.

Perlu diingat, di India permainan kartu tidak digunakan sebelum awal kemunculannya di daratan Eropah. Kumpulan kartu mereka berbentuk bulat terdiri dari 8-10 kemasan kartu yang masing-masing terdiri dari 12 helai kartu. Yang menarik, keempat lengan Dewi Ardhanari digambarkan memegang piala, tongkat, pedang dan cincin sebagai simbol materi atau uang. Namun, khusus desain Dewi Ardhanari sama sekali tak pernah diperkenalkan atau digambar secara sembarang pada kartu.

Tarot kemudian semakin berjaya di utara Itali pada awal abad ke-15. Berkat jasa penciptaan keluarga bangsawan Visconti-Sforza pada 1432-1440, yang mencipta desain kartu tarot sesuai dengan cita rasa kesenian yang berkembang saat itu, sebagai hadiah istimewa bagi pernikahan putra-putri mereka.

Pada akhir abad ke-18, tatkala terjadi Revolusi Perancis, seni membaca tarot berkembang dengan pesat karena kondisi negara yang pada saat itu serba tak pasti. Sehingga, ini membawa keberuntungan bagi Etteilla dan Madame Lenormand yang mencipta beragam desain tarot dan kemudian menjadi bahan rujukan sampai hari ini.

Sejak saat itu nama dan desain yang semula dibuat bangsawan Itali mengalami perubahan besar dan desain terbaru tersebut menjadi kunci dasar perkembangan tarot di kemudian hari.

Awal abad 20 semakian berkembang dengan perkenalan berbagai kumpulan disain tarot yang diterbitkan Inggris dan Amerika berdasarkan kebudayaan mistik Barat, Kabalah, yang erat hubungannya dengan dunia astrologi. Di antaranya kartu-kartu terkemuka tersebut umum telah kita kenali kemasan Tarot Waite, Crowley, Case dan Zain.

Semenjak tahun 1960 kreativitas para seniman tarot membuat loncatan besar dalam memproduksi desain-desain baru tarot di segenap penjuru dunia. Belum lagi terhitung para seniman yang menerbitkan disain tarotnya secara sangat pribadi. Satu pertanda bahwa manusia dari zaman mana pun dengan beragam keyakinan tetap memerlukan jawaban yang mudah dan cepat dipahami saat tersandung masalah.

Kemurnian

Teori tentang kemurnian asal tarot sampai hari ini masih seru diperdebatkan. Namun, tak ada salahnya kita catat mereka yang berjasa membuat penelitian tentang tarot antara lain adalah Court de Gebelin (1723-1767), yang meyakini tarot berawal sebagai alat inisiasi di Mesir untuk menjadi pendeta. Keyakinan Gébelin keliru setelah Champollion berhasil menemukan cara membaca huruf Mesir Kuno (hieroglyph).

Sampai detik ini para peneliti tentang Mesir Kuno tidak pernah menemukan kata Tar dan Ro dalam bahasa Mesir Kuno seperti apa yang pernah diklaim oleh Gébelin. Tetapi, pada saat Champollion berhasil memecahkan kode kode hieroglyph itu, The Book of Toth, sebuah buku yang menjelaskan tentang mistik Mesir Kuno sudah telanjur beredar dengan luas dan dipercaya oleh masyarakat umum.

Etteila, seorang peramal di masa kejayaan Napoleon yang mendalami keeratan hubungan deskripsi angka-angka ilmu hitung menemukan adanya kemurnian hubungan erat desain tarot Thoth-Hermes. Sebagaimana dipercayai bahwa Dewa Thoth adalah konsultan dewa Osiris yang terkenal sebagai dewa kebijaksanaan yang mempunyai keahlian menulis, pengukur waktu, penemu angka bilangan.

Eliphas Levi (1810-1875), pada tahun 1854 memublikasikan bukunya Dogme et Rituel de la Haute Magie atau yang dalam Bahasa Inggris lebih dikenal dengan Transcendental Magic, dikenal sebagai pendiri fondasi meramal dengan kartu Tarot. Ia menolak ide Etteila, tetapi kembali kepada pemikiran Gébelin, dengan menambahkan sistem Kaballah (mistik Ibrani Kuno) dan empat elemen alkemi pada kartu tarot.

Papus (1865-1916), seorang ahli fisika dan filsafat ilmu gaib yang menulis buku The Tarot of the Bohemians. Papus meyakini bahwa kartu-kartu tersebut murni berasal dari Mesir. Menggambarkan ujian dan pembayatan di bawah piramid.

Tatkala kuil-kuil yang penuh misteri runtuh maka para ahli tafsir agama memutuskan bahwa kebajikan adalah sesuatu yang sangat luhung untuk dipahami orang biasa, sehingga mereka akhirnya merahasiakannya dan hanya diajarkan kepada orang-orang yang memang sudah mencapai kemakrifatan saja. Bagi masyarakat awan, cukup diberikan dasar-dasar permainan lambang yang tidak mengundang bahaya. Adalah orang-orang jipsi yang memperkenalkan lambang-lambang itu dengan csecara mudah dipahami.

AE Waite (1857-1942), berkebangsaan Inggris, ahli filsafat ilmu gaib dan salah satu anggota Golden Dawn, berpendapat ada unsur-unsur kesengajaan membelokkan perhatian guna menjaga kerahasiaan lambang-lambang kearifan tarot. "Lambang-lambang luhur Tarot berbicara melalui bahasa alam semesta yang tidak dibatasi oleh bahasa manusia atau lambang-lambang dangkal. Bahasa alam semesta mudah dipahami hanya dengan kejiwaan yang sehat, jernih, dan bening sebagaimana kita mengenali huruf alfabet dan mampu menyusun kata dan membentuk arti-arti tertentu."

Aleister Crowley (1875-1947), yang juga salah seorang anggota Golden Dawn, menganggap keaslian tarot tidak perlu dipermasalahkan secara dramatis. Dia mngatakan bahwa masing-masing orang mempunyai peta lambang dari Yang Maha Akbar menurut proses tanjakan kejiwaannya untuk mencapai dimensi lebih tinggi. Dan untuk memahami setiap lambang kartu, seseorang dianjurkan untuk menetapkan temuan kearifan kartu-kartunya berdasar waktu dan perkembangan kepribadian masing-masing orang.

Paul Foster Case (1884-1954), seorang perintis yang sukses memgembangkan kursus tarot melalui surat-menyurat, menganggap bahwa tarot dicipta orang pada abad XI Masehi di Fez, Maroko sejak hancurnya perpusatakaan akbar di Iskandariah. Maksudnya untuk tetap memelihara kebijaksanaan di planet bumi ini untuk tidak punah. Case membuka kursus tarot dengan menggalakkan meditasi yang berhubungan dengan tarot- astrologi, angka bilangan, warna, suara dan Pohon Kehidupan.

Banyak juga orang beranggapan bahwa Hugh de Payens, salah seorang anggota Knight of Templar turut mempunyai andil besar dalam memperkenalkan Eropah pada filsafat dan seni budaya Timur pada tahun 1188 Masehi.

C.C. Zain dalam bukunya yang kondang di India dan Mesir meyakini bahwa Tarot datang melalui Atma Bodha atau Book of Soul Knowledge. Disain Tarotnya berlatar belakang berdasar deskripsi pelambang Iamblichus, yakni seorang Neoplatonis abad ke-4 Sebelum Masehi.

P.D. Ouspensky (1878-1947) menyampaikan teori lain yang mengatakan bahwa penemu tarot sesungguhnya adalah seorang ahli filsafat dan alkemi, bernama Raymond Lully yang hidup pada abad ke-13 dan menulis buku "Philosophical Machine". Masih menurut Ouspensky, ia juga memperkirakan bahwa tarot sesungguhnya merupakan rangkaian sipnosis dari ilmu hermetik. Yakni tak lain adalah suatu sistem yang mempelajari hubungan kejiwaan manusia dengan alam gaib dan dunia yang nyata.

Ani Sekarningsih, CTGM (1940-....), yang merintis perkenalan tarot di Indonesia lebih tembus pandang, mengatakan: "Masa depan selalu merupakan permainan teka-teki yang ingin dijembatani siapapun. Tetapi dalam mengungkap rahasia hidup, ternyata akal tak selalu mampu menembusnya.

Pola pendidikan selama ini hanya menitik beratkan pada penggunaan akal hanya buat berpikir rasional. Tidak terbetik dalam pemikiran kelompok para pendidik untuk menjadwalkan suatu kurikulum yang meluangkan pentingnya latihan intensitas mengasah kejiwaan.

Adalah Freud dan Gustav Carl Jung yang telah berjasa merintis pentingnya ilmu kejiwaan itu. Yang dengan arif merka mengakui bahwa tarot adalah salah satu alat bantu yang cukup mustajab untuk mengembalikan kepercayaan diri dan menemukan potensi seseorang.

Terpublikasinya bunga Rampai Wacana Tarot (2001) dan Tarot Wayang serta buku Panduan Tarot Wayang yang ditulis dalam dua bahasa, Indonesia-Inggris (2002) maka patut diakui tarot di Indonesia dalam waktu singkat berkembang dengan pesat dan dikenal hampir di seluruh kota di Indonesia. Bahkan, khususnya kehadiran Tarot Wayang kini semakin dikenal di mancanegara