Jepang, April, upacara pembukaan sekolah
Saki Ito, siswi kelas ini selalu sendiri, tidak memiliki teman, dan
selalu menghabiskan seluruh waktu istirahatnya di pojok kelas.
“Kalau enam tahun seperti ini, rasanya
aku ingin cepat lulus saja!”, batin Ito.
‘Krieett..’, pintu kelas Ito
terbuka. Masuklah, seorang Sensei baru ke kelas Ito. Umurnya sekitar 24 tahun,
namanya Tashiaki Takeda.
“Aku Sensei baru di sekolah ini. Mari kita mengakrabkan diri pada tahun
terakhir kalian di sekolah ini!”, teriak Sensei.
“Akrab apanya? Bicara memang mudah. Sensei
tidak mengerti apa-apa”, pikir Ito saat mendengar ucapan takeda Sensei.
Dengan wajah penuh senyum, tiba-tiba Takeda Sensei menunjukkan
sebuah buku catatan. ”Tadaa! Mulai hari ini, ayo kita lakukan pertukaran buku harian
antara aku dan kalian semua”, ucap Sensei.
Mendengar ucapan Sensei Takada, Ito mengalihkan pandangannya ke jendela yang
berada di samping kursinya. Ia hanya menatap kosong ke arah jendela itu,
kemudian menghela nafas panjang, ”ah, merepotkan sekali”, batin Ito.
Malam hari, di ruang keluarganya
Ito sibuk memikirkan hal apa yang akan ia tuliskan di buku hariannya. Suara
keras tv di ruang keluarga menyadarkan Ito dari pikirannya. Saat itu, yang
sedang ditayangkan ialah sebuah acara komedi. Ito melihat acara itu sekilas,
kemudian dengan wajah malas ia kembali
kekamarnya. Sesampainya di kamar, Ito segera menghampiri meja belajarnya, lalu
membuka buku hariannya dan mulai menulis.
“Baiklah, aku akan menulis tentang acara
komedi itu saja”, ucap Ito.
Pagi harinya dikelas
“Saki Ito”, panggil Sensei
sambil menyerahkan buku harian yang sudah selesai diperiksa. Dengan malas Ito
membuka buku hariannya. Melihat tulisan balasan Sensei di buku harian itu, membuat Ito terkejut, “Wah, padahal aku hanya asal tulis saja,tapi
mengapa Sensei serius membalasnya”, Tanya Ito dalam hati. “Ah, paling Sensei semangat karena masih baru saja”,
bantah batin Ito sambil menatap benci ke Sensei.
Tiga hari berlalu, semua tulisan
Ito yang ia buat malas-malasan dibalas Sensei Takada dengan penuh semangat.perlahan
tulisan Sensei mulai membuat hati Ito terbuka, dan membuat perasaan Ito senang setiap membaca tulisan
balasan dari Sensei.
Sampai suatu saat, tiba-tiba di
buku harian Ito terdapat coret-coretan yang mengejek dirinya. Dengan marah Ito berteriak, “siapa! siapa orang yang
telah mencoret-coret buku harianku!”. Tiba-tiba terdengar suara celaan dari
teman-eman perempuan sekelas Ito,”bukannya kamu memang pantas diejek ya. Hahaha..”.
Hari itu Ito sangat sedih. Walau jam sekolah telah
berakhir, ia tetap berada dikelas hingga sore. Seorang diri Ito menangis di
pojok kelas. Tiba-tiba, pintu kelas terbuka. Sensei yang terkejut melihat Ito menangis sendiri di pojok kelas,
segera datang menghampiri Ito.
“Ito! Ito! mengapa kamu masih di kelas?”, Tanya Sensei khawatir. Merasa Ito tak akan menjawab pertanyaannya, Sensei merogoh saku celananya dan
mengeluarkan sebuah permen. “ Ito lihatlah, ini permen penghilang air mata, ambil dan makanlah.”
Bukan hanya satu, Sensei memberi Ito beberapa permen dengan nama yang berbeda. ”Dan ini yang terakhir, permen yang dapat membuat Ito tersenyum”. Sensei kemudian melanjutkan
kata-katanya,”kenapa Ito menangis? Apa teman-temanmu menjahatimu? atau kamu dibenci oleh
teman-temanmu?”. Ito pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban pada Sensei. “Jangan khawatir Ito, jika kamu ingin berteman lagi dengan
teman-temanmu tanyalah pada mereka apa masalahnya dan kamu harus mengakhiri
masalah itu dengan senyuman di wajahmu”, ucap Sensei sambil tersenyum diakhir
perkatannya.
Dua hari berlalu.
‘Untuk Sensei, waktu itu penyebabnya adalah sedikit
salah paham sementara ini sih sudah baikan’, tulis Ito di buku hariannya. “Saki Ito”, panggil Sensei sambil menyerahkan buku harian Ito. Tiba-tiba Sensei berkata sambil tersenyum “ aku senang
mendengarnya”.
Hari demi hari Ito lewati dengan bahagia bersama
teman-temannya dan Sensei. namun, Di hari yang mendung itu, sebuah berita membuat kegaduhan
di kelas Ito menjadi hening.
“Takeda Sensei sedang dirawat di rumah sakit”,ucap guru pengganti. Walau guru
pengganti itu bilang Sensei hanya kelelahan, namun sampai tibanya liburan musim panas, Sensei
belum kembali ke kelas.
Dirumah, Ito yang khawatir dengan Sensei hanya menghabiskan waktu liburannya dengan bermalas-malasan di
kamarnya. Namun, kekhawatiran Ito akhirnya menghilang ketika ia mendapat sebuah kartu pos dari Sensei.
“Sensei pasti sedih dirawat di rumah sakit sendirian. Baiklah.. sekarang
giliran aku yang membuat Sensei tersenyum!”, ucap Ito dengan penuh semangat. Ito pun memutuskan untuk membuat seribu
burung kertas untuk diberikannya pada Sensei sebagai harapan agar Sensei dapat selalu hidup bahagia.
Awal semester baru pun dimulai dengan
latihan senam untuk festival olahraga. Saat semua murid sedang latihan membuat
formasi senam di lapangan, tiba-tiba terlihat Sensei dari kejauhan sedang berlari menuju
lapangan.
“Pagi anak-anak, ayo kita mulai
latihannya dengan semangat!!”, teriak Sensei.
“Sensei.. Sensei akhirnya kembali!!”, pekik semua
anak-anak sekelas Ito.
Melihat Sensei, wajah Ito langsung bersemu merah, kemudian ia tersenyum bahagia, ”Sensei akhirnya kau kembali”, batin Ito bahagia.
Ketika waktu pulang sudah tiba, Ito tetap duduk sendiri di kelas. Melihat
Ito yang belum pulang, Sensei pun bertanya, ”Ito kamu belum pulang? Nanti kamu bisa terlambat sampai rumah..”.
Sambil menyembunyikan bungkusan besar
dibelakang punggungnya, Ito berdiri dan berjalan menuju Sensei. Tiba-tiba Ito berhenti dan
mengeluarkan 1000 burung kertas yang ia sembunyikan di dalam bungkusan besarnya.
“Enggg.. Sensei, selamat ya, karena sudah keluar dari
rumah sakit. Mulai sekarang dan selamanya Sensei akan terus bersama kami kan?”, ucap Ito.
Dengan wajah tak
percaya Sensei berkata, “Ini semua Ito yang buat sendiri?”
Air mata pun
mengalir dari mata Sensei, “Makasih ya Ito”, Lanjut Sensei.
Dengan wajah bersemu bahagia, Ito berkata pada Sensei,”Sensei jangan cengeng… Sudah ya Sensei aku pulang dulu.. Semoga Sensei bahagia selamanya.. Sampai jumpa besok Sensei..”. Dengan wajah penuh tawa Ito pergi keluar kelasnya meninggalkan Sensei
Malam harinya.
‘Kring..kring..’ telepon Ito berbunyi.
“Halo, dengan keluarga Saki”, jawab Ito dengan cuek.
“Bisa berbicara dengan Yamada Ito”, jawab suara diseberang sana.
“Iya ini Yuki, ini siapa dan ada apa menelepon
malam-malam?”, Tanya Ito.
“Ini aku Yuki, Ito aku ingin memberitahu bahwa Sensei… Sensei telah meninggal, Ito”, jawab Yuki
Tanpa sadar telepon yang digenggam Ito jatuh.. air mata mengalir dari wajah putihnya, ”Sensei..”, ucap Ito.
Akhirnya dimulailah hari-hari tanpa Sensei. Semua murid yang awalnya sedih,
perlahan perasaan mereka mulai pulih kecuali Ito.
Perayaan festival olahraga,
Festival olahraga sebentar lagi dimualai, tetapi Ito dengan semua kesedihan di dalam
hatinya memilih untuk tetap berdiam diri dikelas, Hanya seorang diri. “Sensei..tanpa Sensei aku tidak sanggup melakukan apapun”,
Ucap Ito sambil menangis. Saat ia sedang bersiap-siap untuk menuju ke
lapangan ia melihat sepucuk surat dipojok laci mejanya. dibukanya surat itu
perlahan.
Untuk Ito
Terimakasih senbatsurunya[1].
Saat senam membuat formasi posisimu paling atas. Kamu pasti takut ya, tapi
setelah berhasil dipuncak, kamu bisa melihatlangit yang cantik.. yang semangat
ya..’
Tes..tes.. air mata membasahi surat Sensei. Raut wajah Ito pun berubah, “Sensei aku akan semangat!”, batin Ito.
Ito pun segera berlari ke lapangan sebelum festival dimulai. Sampai tiba akhirnya grup Ito yang akan membuat formasi senam. Sambil berusaha mencapai puncak paling
atas, di dalam hati Ito berkata,Sensei aku sudah tidak takut, aku akan berusaha
sampai puncak”.
Ito-pun berhasil berdiri di puncak formasi,”Sensei aku sudah berada di puncak dan
melihat langit yang cantik, Apa Sensei bisa melihatku?”, lanjut batin Ito.
Festival selesai, ketika Ito ingin pergi keluar lapangan tiba-tiba
terlihat dimatanya Sensei yang berjalan ke arahnya, ”Ito selamat ya..” Dengan wajah penuh senyum Sensei berkata padanya, lalu menghilang. Tangis
mengalir dari wajah Ito, “Sensei.. Sensei aku sayang Sensei!”, teriak Ito ke atas langit yang indah.
Oleh Safitri ( XI Sos 4)