Menteri Perdagangan Gita Wirjawan
JAKARTA - Adanya krisis yang melanda perekonomian global membuat ekspor Indonesia semakin tergerus. Karenanya, untuk mencapai target ekspor sebesar USD220 juta pada 2012 akan sulit dilakukan.
Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengatakan, kekhawatiran melambatnya perekonomian di negara maju agak besar. Menurut Gita, penjualan barang dan jasa ke negara maju mungkin tidak akan sebesar saat ini.
Oleh karena itu, pihaknya akan mempelajarai rumusan-rumusan baru untuk menjaga tingkat perdagangan saat ini. "Tentunya itu mencakup destination (tujuan) baru yang selama ini kurang pendalamannya," ungkap Gita di kala ditemui di kantor presiden, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (9/11/2011).
Menurutnya, ekspor Indonesia ke negara Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang akan mengalami kendala. Selain itu, Gita juga mewaspadai second round effect yang terjadi. "Mungkin barang-barang yang kita kirim selama ini kan sebenarnya destination akhirnya bukan Singapura tapi dikirim ke tempat-tempat lain yang mungkin ke negara maju. Nah itu mungkin akan brdampak," jelas Gita.
Meski begitu, dia mengungkapkan tengah membidik pasar Timur Tengah, Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
Lebih jauh Gita mengungkapkan, target ekspor tahun ini sebesar USD220 juta optimistis tercapai. Namun, untuk 2012, target tersebut tidak terlihat relevan. "Kalau tahun depan untuk menjaga USD220 juta tidak akan gampang," kata Gita. (mrt) (rhs)
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan
JAKARTA - Adanya krisis yang melanda perekonomian global membuat ekspor Indonesia semakin tergerus. Karenanya, untuk mencapai target ekspor sebesar USD220 juta pada 2012 akan sulit dilakukan.
Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengatakan, kekhawatiran melambatnya perekonomian di negara maju agak besar. Menurut Gita, penjualan barang dan jasa ke negara maju mungkin tidak akan sebesar saat ini.
Oleh karena itu, pihaknya akan mempelajarai rumusan-rumusan baru untuk menjaga tingkat perdagangan saat ini. "Tentunya itu mencakup destination (tujuan) baru yang selama ini kurang pendalamannya," ungkap Gita di kala ditemui di kantor presiden, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (9/11/2011).
Menurutnya, ekspor Indonesia ke negara Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang akan mengalami kendala. Selain itu, Gita juga mewaspadai second round effect yang terjadi. "Mungkin barang-barang yang kita kirim selama ini kan sebenarnya destination akhirnya bukan Singapura tapi dikirim ke tempat-tempat lain yang mungkin ke negara maju. Nah itu mungkin akan brdampak," jelas Gita.
Meski begitu, dia mengungkapkan tengah membidik pasar Timur Tengah, Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
Lebih jauh Gita mengungkapkan, target ekspor tahun ini sebesar USD220 juta optimistis tercapai. Namun, untuk 2012, target tersebut tidak terlihat relevan. "Kalau tahun depan untuk menjaga USD220 juta tidak akan gampang," kata Gita. (mrt) (rhs)
Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengatakan, kekhawatiran melambatnya perekonomian di negara maju agak besar. Menurut Gita, penjualan barang dan jasa ke negara maju mungkin tidak akan sebesar saat ini.
Oleh karena itu, pihaknya akan mempelajarai rumusan-rumusan baru untuk menjaga tingkat perdagangan saat ini. "Tentunya itu mencakup destination (tujuan) baru yang selama ini kurang pendalamannya," ungkap Gita di kala ditemui di kantor presiden, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (9/11/2011).
Menurutnya, ekspor Indonesia ke negara Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang akan mengalami kendala. Selain itu, Gita juga mewaspadai second round effect yang terjadi. "Mungkin barang-barang yang kita kirim selama ini kan sebenarnya destination akhirnya bukan Singapura tapi dikirim ke tempat-tempat lain yang mungkin ke negara maju. Nah itu mungkin akan brdampak," jelas Gita.
Meski begitu, dia mengungkapkan tengah membidik pasar Timur Tengah, Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
Lebih jauh Gita mengungkapkan, target ekspor tahun ini sebesar USD220 juta optimistis tercapai. Namun, untuk 2012, target tersebut tidak terlihat relevan. "Kalau tahun depan untuk menjaga USD220 juta tidak akan gampang," kata Gita. (mrt) (rhs)